Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)


 " Hai orang-orang yang beriman. AKU wajibkan atasmu berpuasa. Sebagaimana yang telah AKU wajibkan kepada orang-orang sebelum mu. Agar kamu bertakwa".

Allah telah mewajibkan untuk berpuasa kepada orang-orang yang beriman sejak dahulu. Perintah ini Allah berikan sebagai ilmu bagi manusia agar dapat meningkatkan kwalitas dirinya. Dari hamba NYA yang beriman menjadi hamba NYA yang bertakwa. Bagi orang-orang yang dalam dirinya ada keinginan kuat mendekatkan diri kepada NYA lah perintah ini ditujukan. Bukan kepada setiap manusia. Pun bukan kepada setiap muslim. Karena seorang muslim belum tentu beriman.

Puasa adalah keadaan diri yang dengan sengaja dan penuh kesadaran menjauhkan diri dari segala hawa nafsu. Tujuan utamanya adalah membersihkan diri agar menjadi layak untuk dekat kepada Allah. Keadaan dekat dengan Allah itulah yang disebut bertakwa. Yaitu menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah. Tidak menyerah kepada hawa nafsunya. Seseorang tidak akan bisa menyerahkan diri untuk dekat kepada Allah jika dirinya masih dikotori oleh hawa nafsu. Sekecil apapun. Disinilah arti pentingnya puasa bagi orang beriman. 

Allah telah menjelaskan bahwa DIA menciptakan manusia dengan fitrah NYA. Fitrah Allah itu adalah segala sifat dan kuasa NYA. Maha Suci, Maha Berkehendak, Maha Mencipta, Maha Mengatur dan segala kemahaan NYA adalah fitrah Allah. Dengan itulah manusia itu diciptakan. Maka tidak akan ada manusia yang mampu lepas dari fitrah itu. Puasa mengajar manusia untuk mengenal dan kembali kepada fitrah itu agar dia dapat semakin dekat dengan penciptanya.

Tidak makan dan minum dari sejak terbit fajar hingga terbenam matahari bukanlah untuk membuat diri menderita. Tapi sebagai upaya untuk melepaskan diri dari kungkungan hawa nafsu. Kita semua menyadari bahwa hampir semua motif kehidupan manusia tidak bisa lepas dari memenuhi makan dan minumnya. Itu adalah sifat dasar manusia yang tidak terlepas dari kehendak Sang Pencipta. Bahwa DIA tidak menciptakan tubuh yang tidak membutuhkan makan dan minum. Karena makan dan minum adalah kebutuhan dasar yang paling banyak dan utama untuk dipenuhi maka disinilah peluang terbesar hadirnya hawa nafsu. Karena fokus utama manusia ada disini. Maka segala usaha untuk memenuhinya pasti melibatkan hawa nafsu. Apalagi jika sudah menyangkut selera. Maka bisa dimengerti bahwa manusia yang sulit mengendalikan selera makannya akan menjadi pribadi yang besar hawa nafsunya. Padahal hawa nafsu itulah yang akan menghancurkan kehidupan anak Adam. Semuanya tanpa kecuali. Maka untuk menyelamatkan anak cucu Adam itulah Allah memerintahkan untuk berpuasa. Agar dapat belajar mengendalikan hawa nafsu.

Mulut, lidah dan perut adalah nafsu utama manusia. Jika ini telah terpenuhi dan merasa aman maka mulailah muncul nafsu2 berikutnya. Yaitu yang disebabkan oleh penglihatan dan pendengaran. Yang akan menguasai syahwatnya. Jika semua hawa nafsu itu terlengkapi dengan sempurna maka mulailah nafsu pikiran dan hati merajalela. Jika ini semua telah lengkap maka jadilah dia sebagai pembawa angkara murka di dunia. Yang membuat kerusakan dimana-mana. Dan itulah seburuk-buruk manusia. Yaitu mereka yang selalu mengikuti hawa nafsunya. Hawa nafsu itu telah menjadi tuhan bagi dirinya. Yang diikuti dan dipatuhi sepenuhnya. Dengan beragam alasan dan dalil.

Perintah puasa Allah sebut sebagai : agar kamu bertakwa. Ini mengandung makna hakekat yang dalam. Yaitu : tidak semua orang yang melaksanakan puasa akan berhasil menjadi bertakwa. Kecuali mereka yang sungguh-sungguh dengan puasanya. Dan sangat memahami mengapa dirinya perlu berpuasa. Karena puasa itu tidak hanya meninggalkan makan dan minum saja. Akan tetapi juga harus meninggalkan nafsu lainnya. Bahkan nafsu berbicara sekalipun. Dan Allah sangat mengetahui akan mahluk ciptaan NYA. Bahwa manusia akan sangat sulit melakukan itu. Tidak semua manusia akan berhasil memerangi hawa nafsunya. Itu sebabnya Allah tegaskan bahwa puasa itu adalah agar kamu bertakwa. Bukan pasti bertakwa.

Dengan memahami makna berpuasa maka diharapkan orang-orang yang beriman dapat menjalaninya dengan baik. Dia tidak hanya berhenti makan dan minum pada waktu yang ditentukan. Tetapi lebih dari itu dia juga berhenti dari memperturutkan hawa nafsu lainnya. Makan dan minum adalah pintu hawa nafsu yang paling dasar. Jika pintu ini selalu terbuka maka pintu-pintu nafsu lainnya akan mudah pula terbuka. Dengan menutup pintu nafsu yang paling dasar dengan penuh kesadaran diharapkan pintu-pintu nafsu lainnya akan tertutup. Namun akan semudah itukah pelaksanaannya ?. Tidak. Karena banyak diantara orang muslim yang menjalani puasa hanya sebatas ritual belaka. Bahkan ada yang menyikapinya sebagai sarana untuk merayakan lebaran. Lalu menjadikan ramadhan sebagai satu-satunya bulan yang penuh berkah. Seakan bulan-bulan lainnya hanya pengiring kehidupan. Menganggap ampunan Tuhan hanya ada pada bulan ramadhan. Lalu mereka meyakini bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya pada bulan itu. Dan menyatakan bahwa pada bulan itu setan-setan dibelenggu. Karena merasa setan dibelenggu maka boleh bebas berbuat apa saja yang penting puasa. Maka jadilah mereka sebagai orang yang berpuasa tapi tetap menganiaya dirinya. Lisannya tetap liar. Sikap dan perilakunya tidak berubah. Bahkan merasa benar berbuat kekerasan dengan alasan menertibkan ramadhan. Puasa apakah yang demikian itu?

Hawa nafsu adalah sesuatu yang mendorong manusia keluar dari fitrah Allah. Karena dorongan hawa nafsunya maka manusia mendesakkan logika berpikirnya dengan membuat dalil yang bertentangan dengan sunah NYA. Begitu kuatnya desakan itu sehingga dianggap sebagai kebenaran. Maka muncullah hal-hal yang anomali saat menjalani puasa. Naiknya harga kebutuhan pokok dibulan ramadhan adalah salah satu contohnya. Padahal pada bulan itu umumnya orang berpuasa. Dan karena berpuasa maka konsumsi kebutuhan pokokpun harusnya turun. Tapi anehnya harga bahan makanan malah naik. Karena naiknya permintaan. Begitu juga orang yang berjual makanan. Makin marak. Padahal dengan berpuasa seharusnya tingkat konsumsi makanan dan minuman turun. Apakah keadaan itu menggambarkan dikekangnya hawa nafsu ?.

Simpul-simpul hawa nafsu dalam tubuh manusia ada lima. Yang paling dasar adalah nafsu perut dan yang dibawah perut (syahwat). Inilah nafsu paling besar yang menjadi pengendali motif kehidupan. Bahkan manusia tidak segan dan berpikir panjang untuk memenuhinya. Bahkan dalam teori ilmu sosial disebut sebagai kebutuhan pokok kehidupan. Sebutan itu tidak salah. Karena memang itulah nafsu utama yang menjadi penentu kehidupan manusia. Apakah dia akan menjadi mahluk yang berakal, atau dia menjadi mahluk yang sangat rendah. Karena memperturutkan hawa nafsunya. Terkait nafsu yang paling dasar ini Allah bahkan memperingatkan : " Makanlah didunia itu dari rejeki yang baik-baik. Yang halal bermanfaat. Dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu". Allah peringatkan agar memakan makanan yang halal dan bermanfaat. Tidak asal halal. Halal namun tidak bermanfaat atau mendatangkan mudarat maka itu harus ditinggalkan. Karena jika diikuti Allah menyebutnya sebagai mengikuti langkah-langkah setan. Karena mengikuti hawa nafsu. Disini Allah mengajarkan betapa hawa nafsu ( setan ) itu bermain dari sejak awal manusia memenuhi kebutuhannya hingga kepada kebutuhan lainnya. Jika pada saat makan dan minum sudah tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya maka diapun akan gagal mengendalikan nafsu-nafsu lainnya. Firman Allah yang dikutip diatas mengajarkan hal itu. Maka memilah dan memilih makanan dan minuman adalah senjata pokok memerangi hawa nafsu.

Simpul hawa nafsu berikutnya atau yang kedua adalah hati. Hati akan menjadi sarang hawa nafsu berikutnya jika sarang pertama telah dikuasai. Seseorang yang perut dan syahwatnya telah dikuasai hawa nafsu akan sulit mengendalikan hatinya. Dengki, dendam, angkuh, kikir akan menguasai hati. Setelah diri ini merasa aman dan senang karena perut dan syahwatnya selalu terpenuhi. Bahkan hatinya akan selalu berkeinginan untuk menguasai semuanya dikarenakan dorongan perut dan syahwat. Simpul nafsu yang ke tiga adalah mulut dan lidah. Apa yang menjadi dorongan hati akan direalisasikan oleh nafsu yang bermarkas disini. Maka jadilah dia sebagai pribadi yang buruk lisannya. Rakus dan kasar. Dan simpul nafsu yang ke empat adalah penglihatan dan pendengaran. Inilah simpul nafsu yang berfungsi seperti radar nafsu. Penglihatan dan pendengaran akan terus mendesakkan hawa nafsu ke pusat nafsu yang ada di mulut, hati dan perut. Sehingga arus nafsu berjalan lancar dan semakin besar. Simpul nafsu yang terakhir atau kelima adalah pikiran. Inilah ruang musyawarah besar hawa nafsu dalam diri manusia. Yang sangat berbahaya dan mengerikan. Karena dari ruang ini akan muncul beragam ide dan cara untuk memuaskan hawa nafsu. Dalam hukum nafsu yang ada di ruang musyawarah ini tidak dikenal prinsip baik atau buruk. Tidak ada halal dan haram. Tidak boleh ada pertimbangan haq dan batil. Yang ada adalah : Keinginan harus terpenuhi. Apapun caranya. Ini adalah simpul hawa nafsu yang paling berbahaya. Jika keempat markas hawa nafsu telah dikuasai syetan maka pikiran pun menjadi tempat syetan bemusyawarah mewujudkan keinginannya. Maka jadilah dia sebagai orang yang selalu memiliki alasan kebenaran atas keburukan-keburukan yang dilakukannya. Dan jadilah dia sebagai  orang zalim absolut. Kezalimannya menjadi absolut karena didukung oleh logika yang kalut. Allah menyebutnya sebagai orang fasik. Karena akalnya tidak bekerja. Jika kelima hawa nafsu ini telah menguasai diri maka angkara murka selalu mewarnai kehidupannya.

Allah sangat menyayangi manusia. DIA telah ciptakan kehidupan sesuai dengan kehendak NYA. Dia jadikan langit dan seluruh isinya. Serta matahari, bumi dan gunung-gunung hanya karena DIA berkehendak menciptakan manusia. Seluruh isi bumi baik yang dipermukaan maupun yang ada didalamnya Allah peruntukkan bagi manusia. Allah wariskan bumi itu bagi manusia dengan satu pesan : Janganlah membuat kerusakan dimuka bumi. Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada manusia. Dikarenakan bumi telah Allah ciptakan bagi kehidupan manusia maka Allahpun mewariskan nafsu kepada manusia. Sebagaimana ciptaan Allah yang lain maka nafsupun ada dua. Yang diridoi dan yang dimurkai. Kepada nafsu yang dimurkai Allah menyebutnya : Setan. Dikarenakan manusia tidak menyadari hal itu maka Allah turunkan agama sebagai petunjuk bagi manusia. Diharapkan dengan mengenal agama maka manusia akan mengenali dirinya. Mengetahui bahwa dalam dirinya ada sesuatu yang sangat merusak. Yaitu : Setan. Untuk inilah Allah perintahkan berpuasa bagi mereka yang beriman. Bukan bagi semua manusia. Karena yang tidak beriman tidak akan pernah mau mengenali dirinya. Bahkan yang mengaku berimanpun belum tentu berhasil mengenali dirinya. Jika seseorang telah mengenali dirinya maka dia dapat menjadi pribadi yang waspada. Yang selalu ingat kepada Tuhannya karena dia menyadari bahwa Tuhannya selalu berada bersamanya dimanapun dia berada.

Itulah tujuan diturunkannya perintah berpuasa. Bukan untuk membebani manusia. Sebaliknya itu diperintahkan karena kasih sayang Nya kepada manusia. Oleh sebab itu untuk bisa mencapai tujuan puasa yaitu menjadi pribadi yang bertakwa maka kesungguhan menjalani puasa sebagai ilmu melawan hawa nafsu haruslah dipenuhi. Jangan menjalaninya hanya karena syariat. Apalagi berharap berkah dan karunia duniawi. Tapi harapkanlah kekuatan dari sisi NYA. Karena sesungguhnya puasa itu sangatlah berat. Kalau hanya menahan diri dari makan dan minum saja bukanlah sesuatu yang berat. Tapi menundukkan hawa nafsu itulah peperangan abadi bagi anak cucu Adam. Perang yang sangat berat.

Oleh sebab itu kendalikanlah diri dalam berpuasa. Tidak hanya mengendalikan makan dan minum. Tapi juga hati, lisan, pandangan dan pendengaran. Karena itu semua adalah pintu-pintu hawa nafsu. Perbanyak tasbih untuk membentengi hati. Perbanyak dzikir untuk mencuci pikiran. Kunci perut dan dibawah perut. Hanya untuk yang halal dan toyib saja. Halal tapi mudarat maka itu hal yang dihindari. Keinginan berpoligami meskipun halal maka manfaat dan mudaratnya jadi pertimbangan. Tidak hanya karena syariat menghalalkan. Begitu juga untuk makan dan minum. Jika simpul nafsu rendah ini berhasil dikunci maka hati, mulut, pendengaran, penglihatan dan pikiran akan lebih mudah untuk ditaklukkan.

Jika hati dan pikiran sudah terkendali maka jadilah dia pribadi yang mengenal dirinya. Karena mengenal dirinya maka diapun akan mengenal Tuhannya. Inilah orang yang bertakwa. Dan untuk inilah perintah berpuasa itu diturunkan. Agar kelak Allah dapat menyambut dengan kalimat NYA : " Wahai Jiwa yang tenang. Kembalilah kau kepadaku dengan penuh kepuasan ( karena kemenangan). Masuklah kedalam barisan KU dan masuklah kedalam surga KU ".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANCASILA - Dasar & Falsafah Negara

AL FATIHAH