Kontemplasi Ramadhan


Hari ini 15 Mei 2021 atau hari ketiga bulan syawal 1442 H. Baru 3 hari ramadhan berlalu namun bekas dan jejak ramadhan seakan telah sangat jauh. Padahal telah sebulan umat nabi Muhammad di negeri ini dengan khusyuk berpuasa. Ibadah malam hari berupa shalat, dzikir, membaca Al Quran dan bahkan i'tikaf dijalani. Namun belum genap seminggu berlalu hiruk pikuk dunia sudah kembali menelan keheningan ramadhan. Dari mulai ritual mudik hingga yg disebut halal bihalal. Belum lagi acara rekreasi yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ibadah puasa ramadhan.

Itulah keadaan pasca ramadhan yang selalu berulang setiap tahun. Seakan tidak ada bekas2 ibadah yang telah dijalani selama sebulan. Padahal perintah untuk berpuasa itu adalah agar orang-orang yang beriman dapat menjadi hamba NYA yang bertakwa. Yang berserah diri kepada segala ketetapan dan kehendak NYA. Yang telah berhasil menaklukkan hawa nafsunya. Namun sikap bercorak tradisi yg dijalani usai ramadhan telah membawa umat kembali kepada hawa nafsunya. Ibarat wanita yang mengurai kembali benang yang telah dipintalnya.



Jika kita coba untuk merenungkan tentang peluang yang akan kita dapat kelak di akhirat mungkin ini bisa menjadi celah bagi kita untuk dapat bertahan dalam kondisi tidak larut oleh hawa nafsu. Kita tahu bahwa puasa adalah ibadah untuk melatih diri memerangi hawa nafsu. Karena hawa nafsu itulah yang akan menyeret manusia dan jin ke neraka. Sebagaimana yang telah Allah kisahkan dalam Kitab NYA tentang hamba NYA : Iblis. Iblis yang merasa dirinya paling mulia karena ibadahnya, merasa sakit hatinya ketika Allah memerintahkan untuk sujud kepada moyang manusia : Adam as. Diapun mendebat : Terangkanlah kepadaku inikah yang lebih Engkau muliakan dari aku. Karena keangkuhannya iblispun melampaui batas. Disini kita bisa belajar bahwa hamba Allah yang ahli ibadahpun bisa melampaui batas. Dan Allah menjelaskan , itu karena keangkuhannya. Angkuh, sombong, riya', ujub adalah penyakit para ahli ibadah. Siapapun berpeluang mengalaminya. Tidak terkecuali yang setiap tahun rajin berpuasa dan hebat ibadahnya. Disini kita bisa belajar bahwa ibadah bukanlah jaminan untuk berada di surga. Karena iblis yg ahli ibadah abadi di neraka. Dan Allah mewahyukan kisah tentang iblis kepada hamba-hamba NYA dengan satu pesan : Itu sebagai peringatan bagi manusia.

Ya. Peringatan. Agar manusia selalu ingat bahwa kehebatan ibadah dan keagungan beragama bukanlah syarat masuk surga. Karena jika melampaui batas maka jahanam adalah tempat tinggalnya. Disinilah kita yang baru saja lepas dari ibadah ramadhan harus bisa merenungkan. Adakah kita saat ini lebih hebat ibadahnya dari iblis? Dan adakah dosa kita saat ini lebih kecil dari iblis? Iblis menjadi angkuh tentu bukan tanpa sebab. Tidak mungkin jika tidak ada kelebihan pada dirinya. Keangkuhan yang menyergapnya adalah akibat dari pandangannya yg berlebihan terhadap dirinya. Dia adalah seorang ahli ibadah. Bahkan mungkin sangat sedikit dari manusia yang mampu menandingi ibadahnya. Kecuali para nabi dan rasul. Sementara dosanya hanya satu. Yaitu : menolak perintah Alĺah. Jika dibandingkan dengan dosa yang hampir setiap hari diperbuat manusia, maka dosa iblis itu sangatlah kecil. Yang hebat ibadahnya dan hanya sekali berdosa saja abadi di neraka. Lantas bagaimana dengan kita?

Ramadhan baru saja berlalu. Sekarang saatnya bagi yang telah menjalani ibadah ramadhan untuk mempraktekkan hasil pelatihan selama sebulan itu. Ada 11 bulan waktu untuk membuktikannya. Adakah kita sudah menjadi hamba NYA yang bertakwa karena telah berhasil menaklukkan hawa nafsu? Atau kita ibarat wanita yang mengurai kembali benang yang telah dipintalnya. Ramadhan dijalani hanya sebatas ritual dan tradisi. Dan setelahnya kembali larut mengikuti hawa nafsu. Dengan beragam dalih ambisi.

Semoga Allah Yang Maha Menunjuki membimbing kita menuju kepada jalan NYA , Sirrotol Mustaqim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)

Apakah Itu Menyekutukan Tuhan (Kajian 3)

Apakah Itu Islam (kajian 2)