Beratnya Takdir Kehidupan (kajian 1)


Kita semua mengetahui bahwa kehidupan ini memiliki takdirnya. Sesuatu yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Tidak akan berubah dan pasti terjadi. Dalam Kitab NYA Tuhan telah menjelaskan bahwa tidak akan ada perubahan atas ketetapan Nya. Dan yang telah DIA tetapkan pasti terjadi. Apakah itu ketetapan atas kehidupan secara menyeluruh ataupun atas diri pribadi masing-masing hamba NYA.

Sebagai mahluk NYA yang telah tercipta dalam alam kehidupan ini maka kita semua berada dalam lingkaran takdir itu. Tidak bisa keluar apalagi melepaskan diri. Kita semua terikat karena Allah meliputi seluruh mahluk ciptaan NYA. Mau tidak mau manusia harus berserah diri pada takdir itu. Bagi siapa yang karena ketidak tahuannya ingin melepaskan diri maka kehancuran yang akan ditemuinya. Disini kita harus bisa memahami bagaimana posisi sebagai mahluk ciptaan. Bagaimanapun juga kuasa ada pada yang menciptakan. Sama halnya jika kita memiliki kemampuan kecerdasan buatan. Maka produk kecerdasan buatan yang dihasilkan penguasanya adalah dia yang merancang untuk itu. Yang lain tidak akan mampu. Apalagi produknya. Seperti itulah logika yang bisa kita pakai untuk memahami posisi sebagai mahluk yang diciptakan. Kecuali jika kita meyakini bahwa diri ini tidak ada yang mencipta. Ada begitu saja karena proses perkembang biakan.

Terkait dengan takdir Sang Pencipta maka di Kitab NYA kita dapat menemukan beberapa diantaranya. Yaitu :

1. Bahwa manusia tidak diciptakan melainkan untuk beribadah kepada Sang Pencipta.
2. Bahwa umur kehidupan ini telah ditetapkan. Baik itu untuk kehidupan alam semesta maupun individu.
3. Bahwa manusia itu akan dibangkitkan kembali dalam keadaannya seperti semula. Tulang belulang dan kulit yang telah hancur akan kembali bersatu. Dan Ruh akan disatukan kembali dengan jasad setelah mati pada hari kebangkitan.
4. Bahwa manusia tidak bisa lari dari karmanya ( perbuatannya). Karena telah ditetapkan bahwa masing-masing diri terikat dengan perbuatannya.
5. Bahwa manusia telah ditakdirkan akan menjadi bahan bakar api neraka. Karena sumpah Sang Pencipta adalah memenuhi Jahanam dengan sekalian jin dan manusia.
6. Bahwa manusia memiliki kehidupannya dimuka bumi. Disediakan segala kesenangan-kesenangan hingga waktu yang ditentukan. Manusia tidak punya pilihan selain hidup di bumi. Karena dari bumi itu manusia diciptakan. Di bumi itu manusia mati. Dan dari bumi itu manusia dibangkitkan.
7. Bahwa manusia akan menumpahkan darah dan membuat kerusakan di bumi.

Itu adalah sebagian dari takdir yang telah ditetapkan. Karena berupa takdir maka tidak akan berubah dan tidak akan ada yang bisa melepaskan diri. Jika rentetan takdir itu kita cermati maka tidak ada satupun yang baik bagi manusia. Kesenangan-kesenangan hidup di dunia memang disediakan. Namun itu semua memiliki konsekuensi yang sangat berat. Karena manusia terikat dengan perbuatannya. Jika rajin beribadah dan karenanya disebut sebagai orang alim peluang menjadi penghuni neraka tetap terbuka lebar. Mengapa? Karena Tuhan telah bersumpah akan memenuhi jahanam dengan jin dan manusia. Iblis telah merasakan itu. Sebagai seorang ahli ibadah yang alim dia tidak menyadari takdirnya. Dia menyangka karena ibadahnya dia akan jadi mahluk yang dimuliakan. Ternyata Tuhan berkehendak lain. Tidak sama dengan persangkaannya. Dia tidak menyadari bahwa takdirnya adalah penghuni neraka. Hingga saatnya takdir itu terjadi. Ketika menyadari ini barulah dia bermohon : Dikarenakan Engkau telah menyesatkan aku maka berilah aku tangguh.

Jika kita berharap hidup tenang, nyaman tenteram dan damai maka bumi bukanlah tempat untuk itu. Tuhan telah mentakdirkan bumi sebagai tempat yang dipenuhi dengan angkara murka. Tempat manusia menumpahkan darah dan berbuat kerusakan. Maka kejahatan, kekejaman, keserakahan adalah keniscayaan. Peperangan dan perselisihan adalah warna kehidupan bagi manusia di bumi. Ini tidak bisa dihindari. Maka perdamaian dan ketenteraman hidup manusia dibumi adalah fatamorgana. Tidak akan pernah terjadi. Karena bumi diciptakan bukan untuk itu. Mereka yang bermimpi menghadirkan perdamaian dibumi pasti berakhir dengan kekecewaan. Dan janji-janji perdamaian hanyalah omong kosong. Hanya ditepati jika tidak ada keadaan yg memaksa. Jika kondisi memaksa maka perang adalah cara yang ditempuh. Meskipun mereka menyatakan cinta damai. Bahkan sejarah sudah mencatat bahwa agama yang mengajarkan kebaikan dan perdamaian telah dijadikan sebagai alasan untuk bermusuhan dan berperang.


Karena takdir Tuhan itulah maka manusia diciptakan beragam karakter. Dengan bermacam warna takdirnya. Itu semua untuk memenuhi agar semua yang telah ditetapkan bisa terjadi. Yang telah ditetapkan jahat maka jahatlah dia. Meskipun mengenal agama. Yang ditakdirkan baik maka baiklah dia. Meskipun nampak seperti tidak beragama. Itulah kehidupan di bumi. Berjalan menurut takdir NYA.

Lantas bagaimana dengan agama? Apa fungsinya dan apa gunanya bagi manusia? Apakah agama diturunkan untuk membuat semua manusia menjadi baik? Jika memang agama diturunkan agar semua manusia menjadi baik, lantas mengapa Tuhan bersumpah akan memenuhi jahanam dengan manusia dan jin?

PERAN AGAMA  

Dalam Kitab Nya Tuhan menjelaskan bahwa kehidupan di bumi diciptakan agar DIA bisa melihat bagaimana manusia berbuat. Dan DIA akan membalas manusia berdasarkan perbuatannya. Siapa yang mengerjakan kebaikan dalam keadaan beriman kepada NYA maka dia akan memperoleh reward NYA. Sebaliknya bagi mereka yang berbuat keburukan maka dia akan memperoleh punishment sesuai kesalahannya. Penjelasan tentang ini hanya ada dalam wahyu-wahyu agama. Tanpa wahyu-wahyu itu maka tidak ada sedikitpun yang diketahui manusia tentang kehidupan ini. Manusia akan berada dalam kegelapan. Dengan membaca wahyu-wahyu agama maka manusia akan mengenal apa yang disebut sebagai dosa. Apa-apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dikerjakan. Bagaimana berbuat dan menjalani kehidupan. Itulah fungsi agama. Sebagai petunjuk bagi manusia agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia. Dalam bahasa lembutnya Tuhan menyebutnya sebagai rahmat bagi alam semesta. Disebut rahmat karena berisi petunjuk tentang cara-cara dan metode atau pedoman menuju kepada keselamatan. Karena jika agama itu tidak diturunkan maka tidak akan ada manusia yang selamat. Karena DIA sudah menyatakan sumpah NYA bahwa manusia akan menjadi bahan bakar api neraka. Kecuali mereka yang mendapat petunjuk. Yang berhasil memperoleh kemenangan dalam kehidupan di dunia. Itulah manusia yang paling beruntung. 

Dengan memahami fungsi agama bagi kehidupan maka diharapkan manusia dapat mengambil manfaatnya. Agama tidak diturunkan untuk membuat semua manusia beriman. Bahkan yang sudah beragama dan merasa dirinya telah beriman pun belum tentu akan selamat. Karena agama itu bukanlah diperuntukkan bagi semua manusia. Hanya bagi mereka yang dikehendaki mendapat petunjuk sajalah yang akan benar-benar memahaminya. Dan karenanya dapat mengambil manfaat bagi keselamatan dirinya. Selebihnya akan menjadi golongan orang-orang yang celaka. Karena Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki. Diantara mereka yang beragama akan banyak yang menjadi musyrik, munafik dan kafir. Dan Tuhan telah menjelaskan bahwa sangatlah sedikit diantara mereka yang menerima Kitab yang sungguh-sungguh beriman dan beramal saleh.  

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran agama dalam kehidupan adalah seperti manual book. Yang berfungsi sebagai petunjuk atas software kehidupan. Begitu peliknya software kehidupan itu sehingga tidak semua yang membacanya dapat memahaminya dengan baik dan mendapat manfaat. Hanya mereka yang mendapat petunjuk dari Yang Maha Mencipta software itu yang akan memperoleh manfaatnya. Oleh sebab itu dalam memahami wahyu-wahyu agama bukanlah kemampuan menghafal dan mengucapkannya yang harus diutamakan. Tetapi kemampuan memahami dan mengamalkan. Agar bermanfaat bagi dirinya.

Tidak ada paksaan dalam agama. Tidak ada paksaan bagi manusia untuk memahaminya. Karena agama diturunkan bukan untuk memaksa manusia. Tapi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang dikehendaki oleh Yang Maha Pengasih. Tinggal bagaimana manusia memposisikan dirinya dalam kehidupan. Jika dia memposisikan dirinya sebagai mahluk yang mampu melakukan segalanya maka agama hanya dongeng belaka. Bagi mereka yang meyakini bahwa ada sebuah kekuatan besar yang mengendalikan kehidupan maka agama itu dapat memberi manfaat bagi dirinya. Oleh sebab itu tidaklah ada gunanya terlalu berlebihan dalam beragama. Karena Tuhan pun telah melarangnya. Jika hal itu dilakukan maka Tuhan menyebut kita telah menzalimi diri sendiri. Takdir kehidupan tidaklah akan berubah dengan hadirnya wahyu-wahyu agama. Meskipun untuk keperluan itu dihadirkan sejuta nabi dan rasul dimuka bumi. Takdir bahwa bumi adalah ajang angkara murka bagi manusia akan terus berlangsung. Bahwa manusia akan selalu bermusuhan dan menumpahkan darah akan tetap terjadi. Bahwa manusia akan selalu berselisih bahkan bermusuhan karena agama juga akan terus menjadi kenyataan. Karena itulah sarana Tuhan untuk memenuhi sumpah NYA. Yaitu memenuhi jahanam dengan sekalian jin dan manusia.

Lantas , bagaimanakah kita menempatkan diri dalam takdir kehidupan yang sangat berat ini?
Tidak ada lain cara terbaik selain dari selalu mempelajari wahyu-wahyu NYA. Karena itulah manual book dari software kehidupan yang pelik ini. Dengan selalu mempelajari maka pasti ada manfaat bagi kita. Masing-masing kita akan mendapat manfaat sesuai petunjuk yang diberi NYA. Yang pasti takdir ini tidak dapat dihindari. Hanya karena rahmat dan kasih sayang NYA sajalah maka seorang manusia dapat luput dari kehancuran. Dan DIA sudah mensyaratkan petunjuk NYA itu. Yaitu dengan berserah diri kepada NYA. Berserah diri terhadap segala yang telah ditakdirkan. Jangan melawan takdir itu. Jalanilah dengan penuh keikhlasan. Sebagai bentuk berserah diri kepada NYA. Biarkanlah yang terjadi tetap terjadi. Kecuali jika keadaan mengharuskan diri ini terlibat. Tidak perlu ikut mencampuri yang bukan urusan kita. Karena masing-masing kita telah memiliki urusan takdirnya sendiri. Dan kita tidak harus bertanggung jawab terhadap apa-apa yang dikerjakan orang lain. Begitu juga mereka. Lantas apa perlunya ikut mendukung pro dan kontra atas sesuatu?. Apa perlunya tarik urat leher kalau itu hanya membuat kita menjadi zalim?. Serahkanlah semua urusan kepada Sang Pencipta. Karena itulah nikmat yang telah DIA anugerahkan kepada manusia. Firman NYA adalah : " Hanya kepada KU kembali semua urusan. Maka nikmat KU yang manakah yang hendak engkau dustakan".

Takdir kehidupan ini amatlah berat. Kita tidak pernah mengetahui apakah takdir bagi diri ini. Sangatlah sedikit diantara kita yang akan selamat. Karena kebanyakan dari kita akan menjadi mangsa jahanam. Maka kehati-hatian adalah keharusan. Jangan sombong dengan agamamu, hartamu, kedudukanmu atau keturunan. Jangan merasa jika sudah banyak beribadah dan berilmu agama pasti akan selamat. Karena apa yang terjadi pada iblis harus menjadi pelajaran bagi kita. Serahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang esa. Al Ahad. Jangan adakan sekutu. Biarlah DIA yang membawa diri ini dalam lingkaran takdir NYA. Ikhlaskan apapun yang ditetapkan NYA. Ikhlaskan semua ibadah kepada NYA hanya untuk berharap ridha NYA. Bukan berharap pahala NYA. Atau kemuliaan. Atau keberkahan. Ikhlaskan diri bahkan seandainya DIA melempar kita ke jahanam karena keikhlasan itu. Yakinlah bahwa DIA Maha Teliti. Maha Memperhitungkan. Dan Maha Adil. Ridhalah kepada NYA agar DIA ridha terhadapmu. Biarkanlah DIA membawamu kedalam nikmat NYA. Dan nikmat itu bukanlah di dunia ini. Karena dunia ini bukanlah tempat bagi kenikmatan. Yang ada hanya kesenangan untuk waktu yang ditentukan. Nikmat itu ada dalam kebahagiaan di alam yang abadi. 

Sebagai bahan renungan tentang beratnya takdir kehidupan maka ada baiknya kita perhatikan firman Allah berikut ini.

" Engkau tidak mengetahui saat penciptaan dari tanah dan ketika janin dalam kandungan. Maka janganlah merasa dirimu suci. Hanya Allah yang mengetahui siapa diantara kamu yang bertakwa".

Bukti dari kebenaran ayat diatas adalah apa yang telah terjadi pada Iblis. Kita tidak pernah mengetahui takdir kita hingga segalanya terjadi. Maka mawas diri adalah sikap yang harus selalu dipelihara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)

Apakah Itu Menyekutukan Tuhan (Kajian 3)

Apakah Itu Islam (kajian 2)