PARA PENYAIR ( ASY-SYU'ARA )

 Maukah AKU beritakan kepadamu , kepada siapa setan-setan itu turun ?

Mereka turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa.

Mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka , sedangkan kebanyakan mereka orang-orang pendusta.

Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.

Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara disetiap lembah.

Dan bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan ?

Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi. Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ketempat mana mereka akan kembali.


Kalimat diatas adalah ayat-ayat Allah dalam surah Asy-Syu'ara 221-227. 7 ayat terakhir dalam surah itu. Menarik untuk dikaji kepada siapakah ayat-ayat itu Allah tujukan ?. Allah menyebutnya Asy Syu'ara. Para penyair. Dan menjadi nama dari Surah ini. Siapakah yang Allah maksud sebagai para penyair itu ? Apakah mereka adalah para sastrawan yang bersyair ? Para seniman yang membuat syair ? Jika mereka adalah para sastrawan atau seniman yang membuat syair biasanya mereka tidak perlu pergi kesana kemari untuk memperkenalkan syairnya. Para seniman dan sastrawan lebih suka menggunakan pena nya. Bahkan seringkali syairnya penuh tanya. Diperlukan kemampuan tersendiri untuk dapat memahami makna syairnya. Tapi dalam surah diatas Allah menjelaskan : Mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka. Kebanyakan mereka orang-orang pendusta. Para seniman dan sastrawan tidak memenuhi kriteria ini. Karena para seniman dan sastrawan menyampaikan hasil pemahaman atau temuan mereka. Bukan hasil pendengaran. Dan seniman serta sastrawan mereka terbiasa jujur dengan pemikirannya. Itu sebabnya syair mereka cenderung tajam dan kritis. Lantas siapakah yang Allah maksud sebagai para penyair dalam ayat-ayat diatas ?

Jika memperhatikan kalimat Allah : Mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka , maka terkandung makna bahwa yang dimaksud ini adalah orang yang pernah mempelajari sesuatu. Namun belum sampai pada pemahaman yang sesungguhnya. Karena yang disampaikan bukan kebenaran tapi hasil pendengaran. Kebanyakan mereka para pendusta mengandung makna bahwa apa yang disampaikan bukanlah kebenaran tapi disampaikan sebagai sesuatu yang harus diikuti. Mereka mengembara di setiap lembah. Lembah adalah dataran dimuka bumi yang biasanya menjadi tempat keramaian. Sebagai pemukiman, perdagangan atau pelabuhan. Lembah adalah perumpaan kota besar atau kota dagang atau kota bandar. Berbeda sebutannya untuk desa atau kampung yang umumnya ada di lereng gunung atau diatas bukit. Mereka mengatakan apa-apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. Pandai menasehati atau menyuruh pada kebaikan tapi diri sendiri tidak mengerjakannya. Siapakah yang memenuhi kriteria ini ? Yang disampaikan bukan kebenaran tapi hanya dengar-dengar. Berkeliaran di kota-kota dan cuman omdo. Pandai bercerita karena yang disampaikan adalah dusta. 

Surah dalam Al Quran ini telah diturunkan lebih dari 1400 tahun yang lalu. Sebagai wahyu suci tentunya ini bukanlah sesuatu yang disampaikan tanpa tujuan yang jelas. Yang pasti ayat-ayat dalam kitab suci diturunkan dengan haq. Dengan kebenaran yang tak terbantahkan. Bisa jadi saat ayat-ayat itu diturunkan bukti kebenarannya belum diketahui. Karena kebenaran itu akan terlihat kemudian. Saat ini setelah 1400 tahun berlalu sejak turunnya ayat-ayat itu kita dapat merasakan kebenarannya. Saat ini banyak kita temui dan kita dengar para penyair yang dimaksud dalam ayat-ayat diatas. Yaitu mereka yang berkeliling dari kota ke kota menyampaikan hasil pendengarannya. Mereka mengatakan berdakwah. Tapi mereka sangat jarang menyampaikan kebenaran. Mereka lebih senang menyampaikan apa-apa yang mereka dengar. Bukan apa-apa yang diwahyukan. Cerita-cerita meluncur dari lisan mereka. Membuat yang mendengarnya terbuai. Mereka terkesiap dan menyanjung sang penyair. Dan benih kesesatanpun tersemai. Para penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Hasut dan fitnahpun mengalir dari mimbar mereka. Tanpa terasa hujatan dan cacianpun terlontarkan. Dan yang mengikuti menyambutnya dengan sorak membahana. Agama yang mengajarkan untuk tidak saling membenci berubah menjadi ajaran untuk belajar membenci. Agama yang mengajarkan untuk tidak saling menyakiti berubah menjadi ajaran untuk menghalalkan segala cara. Dengan dalih jihad. Agama yang mengajarkan untuk tidak berpecah belah dan sebaliknya berlomba dalam kebajikan berubah menjadi ajaran untuk mengutamakan kelompok dan mencurigai kebajikan. Agama yang membenarkan apa-apa yang diturunkan terdahulu berubah menjadi ajaran untuk menyalahkan yang terdahulu. Lantas yang terdahulu itu disebut bukan agama Islam. Dan penganutnya disebut non muslim. Lalu dikatakan bahwa tidak semua agama itu baik. Yang baik hanya yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Padahal nabi Muhammad sendiri menyatakan , bahwa sesungguhnya aku tidak diutus melainkan untuk membenarkan yang terdahulu. Dan Allah yang menurunkan wahyu itu telah berfirman : " Ikutilah agama nenek moyangmu Ibrahim. AKU tidak menghendaki kesulitan bagimu dalam agama, Dan AKU telah menyebut kamu semua muslim sejak dahulu ". Apa yang disampaikan oleh Yang Maha Pengasih berupa firman-firman NYA tidak disampaikan apa adanya. Tapi apa yang disampaikan adalah apa-apa yang mereka dengar dari pendahulunya. Atau guru-guru nya. Atau imam-imamnya.  

Itulah fenomena para penyair. Yang kehadirannya telah diperingatkan sejak ribuan tahun yang lalu. Siapa yang mengikutinya pasti sesat. Karena meninggalkan apa-apa yang diwahyukan, " Jika engkau mengikuti mereka maka Allah tidak akan lagi menjadi penolong dan pelindung bagimu". " Bagi mereka yang berpaling dari pengajaran KU maka AKU akan menjadikan setan sebagai temannya. Mereka menyangka mendapat petunjuk ".


    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)

Apakah Itu Menyekutukan Tuhan (Kajian 3)

Apakah Itu Islam (kajian 2)