JIHAD ( Kajian 8)

" Apakah kamu menyangka dirimu akan masuk surga? Sementara belum jelas orang2 yang berjihad diantara kamu. Dan belum jelas orang2 yang bersabar diantara kamu".

Jihad makna harfiahnya adalah bersungguh sungguh. Jihad fi sabilillah maknanya adalah bersungguh sungguh diatas jalan Allah. Apakah jalan Allah itu? Jalan Allah itu adalah agama yang diturunkan melalui para nabi dan rasul. Itulah Jalan Yang Lurus. Jalan yang langsung menuju kepada Allah. Didalam Kitab Nya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berjihad agar menjadi orang yang beruntung. Jika firman2 Allah terkait jihad yang ada dalam Kitabnya dirangkum maka  ada 3 kriteria jihad fissabilillah.

1. Jihad dalam perang bersama Rasul.
Di Al Quran Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad untuk berperang melawan kaum kafir yang hendak membunuh Rasul. Allah menjanjikan surga kepada mereka yang mati sebagai syuhada. Yaitu mereka yang mati karena berperang membela Rasul. Para syuhada itu akan tetap hidup meskipun jasadnya mati. Mereka hidup di surga. Tidak menanti di alam barzah. Dan tidak mengalami kebangkitan. Sebuah keistimewaan yang Allah berikan kepada mereka yang membela agama Allah. Dan mereka berperang bersama Rasul.

2. Jihad dengan senjata dan nyawa setelah tidak ada Rasul. Firman Allah terkait ini adalah : " Jika engkau diusir dari tanah kelahiranmu hanya karena engkau mengatakan, Tuhanku hanyalah Allah maka berjihadlah". Dengan firman ini maka kepada mereka yang beriman Allah perintahkan untuk berjihad jika keselamatannya terancam hanya karena keimanannya kepada Allah. Perintah Allah terkait jihad ini adalah untuk memberi jaminan kepada orang-orang beriman untuk tidak merasa takut menjalani kehidupannya. Allah menjamin dengan perlindungan jika mereka berjihad. Dan sikap tidak merasa takut sebagai orang beriman harus dipertahankan dengan jiwa raga.

3. Jihad dengan keimanan dalam damai. Ini adalah jihad yang Allah perintahkan kepada semua orang beriman. Yang maknanya bukan berperang dengan senjata. Tapi berperang mengalahkan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Inilah jihad terbesar. Karena harus mengalahkan diri sendiri. Beberapa firman Allah terkait ini adalah :

" Maka berjihadlah dengan Al Quran dengan sebenar-benarnya jihad ".

" Hai orang-orang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan raihlah disisi Nya wasilah Nya. Dan berjihadlah dijalan Allah agar kamu beruntung ".

Berjihad dengan Al Quran itulah yang Allah perintahkan. Yaitu menegakkan apa-apa yang Allah sunahkan dalam Kitab Nya. Allah telah menegaskan bahwa DIA tidak akan mencintai hamba Nya hingga dia mengerjakan hal2 yang sunah. Sunah-sunah itu hanya ada dalam Kitab Nya. Menegakkan sunah itulah yang merupakan jihad fisabilillah dalam damai. Ini bukanlah jihad yang ringan. Inilah jihad yang paling berat. Jihad sepanjang hidup.

Dari 3 kriteria jihad diatas maka berjihad dengan Al Quran dalam wasilah Nya adalah jenis jihad yang paling relevan saat ini. Setelah Rasul terakhir wafat lebih dari 1000 tahun yang lalu maka kesempatan jihad fisabilillah bersama Rasul berakhir sudah. Dengan perkembangan peradaban manusia saat ini dimana isu perdamaian lebih mengemuka maka kejadian diusirnya seseorang atau suatu kaum dari tanah kelahiran karena keimanan juga sudah tertutup kemungkinannya. Yang banyak terjadi saat ini adalah sengketa yang mengakibatkan perang senjata karena mengikuti hawa nafsu. Nafsu politik, nafsu kekuasaan dan arogansi kelompok adalah hal yang mendominasi sebab-sebab peperangan. Sehingga tidak jarang yang tejadi adalah sesama umat agama saling membunuh. Dengan dalih jihad. Entah dalil jihad dari mana yang dipakai. 

Jika kita ingin sungguh-sungguh menegakkan sunah Allah dalam Kitab Nya maka semua yang Allah jelaskan haruslah dipatuhi. Dalam proses penegakan sunah ini maka musuh pertama yang harus dihadapi adalah diri sendiri. Karena hampir semua sunah Allah itu adalah perintah untuk menertibkan diri pribadi. Bagaimana menjadi hamba Nya yang amanu wa amilus salihati. Ini bukan perkara mudah. Karena untuk bisa sampai pada tahapan itu maka langkah pertama adalah menumbuhkan kesabaran dalam diri. Karena seseorang tidak akan bisa beriman dan mengerjakan kebajikan jika dirinya masih dipenuhi oleh amarah. Hanya orang-orang yang sabar sajalah yang akan memiliki keimanan dan mampu beramal saleh. Karena amal saleh yang paling utama adalah : Kesabaran.

Dalam Kitab NYA berulang ulang Allah perintahkan untuk bersabar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sabar adalah ruh agama. Belumlah beragama seseorang jika dia tidak mampu bersabar. Allahpun mensyaratkan pertolongan Nya dengan kesabaran. Firman Nya adalah : " Mintalah pertolongan Tuhanmu dengan sabar dan salat. Namun yang demikian ini sangatlah berat ". Dari ayat Allah ini jelas tersirat bagaimana Allah menggambarkan tentang sabar. Sangatlah berat. Membutuhkan perjuangan dan kesungguhan. Inilah jihad fisabilillah yang Allah ajarkan. Dan kepada yang demikian inilah Allah akan memberikan anugerah Nya. Yaitu pahala yang tiada putus. Jannah.

Mudahkah menjalani kesabaran dan mewujudkannya dalam keseharian kita? Jika itu mudah maka tentulah Allah tidak menjelaskan bahwa yang demikian itu sangatlah berat. Dan Allah pun telah menjelaskan bahwa jalan Nya yaitu : Sirrotol Mustaqim adalah jalan yang terjal mendaki. Yang sangat berat. Yang tidak akan mampu untuk ditempuh jika tidak atas kehendak Allah. Lantas bagaimanakah kita bisa berjihad di jalan Nya itu? Jihad fisabilillah dalam arti yang sesungguhnya dengan sebenar benarnya jihad? Allah mengajarkan bagaimana menempuh jalan Nya melalui ibadah yang DIA perintahkan untuk dijalani. Salat, puasa, zakat dan haji adalah ilmu untuk itu. Semua ibadah itu dijalani dengan sabar. Dengan sungguh sungguh. Tidak hanya sekedar ritual belaka. Menjalaninya dengan memahami hakekatnya.

SALAT

Bahwa salat itu bukanlah sekedar beribadah dalam 5 waktu. Tapi menjadikannya sebagai ilmu untuk menghindarkan diri dari segala perbuatan keji dan mungkar. Tidak lagi kembali kepada setan yang ada dalam diri usai salat. Tapi menegakkan salat itu dalam diri. Sehingga salat itu menjadi perisai diri dari perbutan keji dan mungkar. Kongkritnya, salatnya telah berhasil menjauhkan dirinya dari segala perbuatan keji dan mungkar. Karena dia selalu ingat kepada Tuhannya. Salat itu telah maujud dalam dirinya. Dia salat sepanjang hidupnya. Salatnya tidak hanya saat dia berdiri menghadap kiblat. Namun tidurnya, kerjanya, makannya, aktifitas kesehariannya adalah dalam keadaan salat. Dalam keadaan selalu mengingat Tuhannya. Maka diapun terhindar dari mengerjakan hal2 yang keji dan mungkar. Itulah hakekat salat dhaim. Untuk bisa menegakkan salat dalam diri diperlukan kesabaran. Termasuk dalam hal ini adalah mengerjakan salat dengan sabar. Tidak terburu buru. Seakan dikejar waktu. Tidak tergesa gesa dalam bacaan salat. Semua bacaan diresapi di hati. Dan setiap pujian dilantunkan sepenuh hati. Diikuti oleh hati yang khusuk. Sehingga merasa yakin sedang berdiri dihadapan Allah. Dan yakin sedang menyembah Nya. Tidak ada yang lain yang disembah bersama NYA. Sebagaimana firman NYA : " Salatlah hingga yakin datang kepadamu".

PUASA

Menjadikan puasa sebagai sarana menempa diri untuk menjadi hamba NYA yang sepenuhnya berserah diri. Bertakwa. Tidak menjadikannya sekedar ritual karena terpaksa. Karena diperintah untuk berpuasa maka dia berpuasa dengan terpaksa. Karena terpaksa maka diapun marah kepada orang lain yang tidak berpuasa. Yang tidak menghormati dirinya yang sedang berpuasa. Karena mereka makan dan minum disiang hari. Karena terpaksa dan menjadi kelaparan maka saat berhenti puasa diapun memuaskan hawa nafsunya dengan menyantap segala yang diinginkannya.

Karena terpaksa pula maka usai menjalani puasa selama sebulan maka dia pun membalas dendam. Dijalaninya semua yang selama ini ditahannya. Dan merasa jika tidak berkumpul keluarga maka puasanya belum sah. Maka mudik ke kampung halaman dan rekreasi adalah acara yang harus dipenuhi sebagai penutup ritual puasa. Padahal itu semua bukanlah tujuan dari puasa. Mudik, bermaaf maafan apalagi rekreasi bukanlah esensi puasa.

Puasa adalah ilmu yang Allah turunkan kepada orang2 beriman agar dia dapat meningkatkan kwalitas dirinya dari beriman menjadi bertakwa. Bertakwa yang maknanya adalah berserah diri tidak dapat dijalani jika diri ini masih diselimuti oleh hawa nafsu. Untuk membunuh hawa nafsu dalam diri inilah maka puasa itu Allah perintahkan. Bukan untuk memberatkan. Atau menyengsarakan. Tapi karena kasih sayang Nya. Karena sudah menjadi sunah Nya bahwa DIA menciptakan segala sesuatu berpasangan. Demikian halnya dengan nafsu. Yang menyatu dalam diri setiap Jin dan Manusia. DIA telah ciptakan nafsu yang diridoi dan dimurkai. Sebagaimana DIA ciptakan kebaikan dan keburukan. Al Muthmainah sebagai nafsu yang diridoi dan Al Muamarah sebagai nafsu yang dimurkai. Pada awalnya kedua nafsu itu seimbang. Ketika seseorang masih bayi hingga balita. Setelahnya Al Muamarah menjadi lebih dominan karena kecenderungan manusia kepada kesenangan. Karena selalu diperturutkan maka Al Muamarah menjadi makin dominan dalam diri. Saking dominannya maka akal dan hatipun membatu. Allah menyebut Al Muamarah dengan sebutan khas : Syetan. Dia mengalir dalam darah setiap anak cucu Adam. Dan para Jin.

Karena kasih sayang Nya maka DIA ajarkan kepada manusia cara untuk melepaskan diri dari dekapan syatan. Ilmu itu adalah Puasa. Maka hakekat inilah yang harus didapat dalam menjalani puasa. Bukan sebagai syarat mudik, berlebaran atau disebut suci. Karena merasa telah kembali kepada fitrah NYA. Jika telah memahami hakekat puasa maka akan dapat menahan diri untuk tidak kembali menghidupkan syetan yang telah ditundukkan selama berpuasa.

ZAKAT DAN HAJI.

Untuk sampai pada kebenaran yang sesungguhnya maka Allah mengajarkan ilmu NYA, yaitu : Mengorbankan apa2 yang dicintai. Karena sesungguhnya kita semua tidak akan pernah sampai pada kebenaran yang sesungguhnya sebelum kita korbankan apa apa yang kita cintai. Zakat dan beribadah haji adalah ilmu untuk itu.

Untuk zakat Allah mensyaratkan bahwa itu haruslah sesuatu yang kita sukai atau cintai. Karena Allah telah melarang berzakat (sedekah) dengan sesuatu yang kita memandangnya dengan memicingkan mata. Bahkan Allah mengancam menjadi orang yang celaka meskipun dia rajin ibadah hanya karena dia enggan menolong dengan yang berharga. Memberi makan dengan makanan yg kurang disukainya. Yang murah harganya. Memberi pakaian dengan yang bekas. Yang baru dan bagus masih disayanginya. Tidak boleh diberikan. Memberi uangpun masih harus mencari yang receh. Jika tidak ada recehan tidak jadi sedekah. Inilah hal yang harus dihindari karena itu semua adalah larangan Allah. Ikhlaskah kita memenuhi larangannya? Diperlukan jihad fisabilillah untuk mewujudkan larangan itu. Karena ini sungguh teramat berat.

Untuk haji Allah mensyaratkan ketaatan mutlak kepada NYA. Tidak mengadakan sekutu apapun baginya. Tidak mencintai siapapun disisi NYA. Dan tidak menghadirkan siapapun disisi NYA untuk disembah.  Ini bukanlah hal yang mudah ditengah kemusyrikan yang selalu mewarnai kehidupan umat beragama. Kemusyrikan adalah keniscayaan dalam beragama. Karena sudah menjadi sunah NYA. " Sesungguhnya kebanyakan manusia itu tidak beragama melainkan dalam keadaan musyrik".

Teramat banyak diantara kaum para nabi yang secara sadar atau tidak terjebak dalam kemusyrikan. Kemusyrikan dalam agama adalah segala bentuk ketundukan, kepasrahan, kekaguman bahkan penyembahan kepada selain Allah. Mereka tidak menolak Allah. Bahkan mengaku beriman. Mengaku bahwa Allah adalah Tuhan Yang Esa. Namun dalam keseharian ibadah mereka menyertakan yang selain Allah dalam penyembahan. Ada yg taklid kepada ulamanya. Ada yang mencintai nabi Nya sebagaimana dia mencintai Allah. Padahal Allah berfirman : " Diantara manusia ada yang mengadakan sekutu sebagai tandingan bagi Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Kelak orang2 zalim itu akan melihat akibat dari perbuatannya. Mereka yang sungguh2 beriman hanya cinta Allah ".

Teramat banyak diantara kaum para nabi yang memecah belah agamanya. Lalu mereka hidup berkelompok kelompok. Masing2 kelompok berbangga bangga dengan apa2 yang ada pada diri mereka. Padahal Allah menyebut yang demikian ini sebagai orang2 yang menyekutukan dan sesat.

Betapa banyak diantara jamaah haji yang seperti perumpamaan diatas itu? Padahal ibadah haji adalah ilmu untuk menggapai kebenaran yang sesungguhnya. Dengan mengorbankan apa2 yang dicintai dan tidak menyekutukan dalam beribadah kepada NYA. Sebagaimana firman NYA : " Barang siapa ingin bertemu Tuhannya hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan tidak mengadakan sekutu dalam beribadah kepada NYA".

Itulah semua ilmu yang telah Allah ajarkan agar manusia dapat berjihad di jalan NYA. Namun tidak semua manusia mampu menempuhnya. Karena jalan jihad itu sungguh teramat sangat berat bagi manusia yang dipenuhi hawa nafsu. Ini semua telah Allah gambarkan dalam firman NYA : "Ini adalah jalan yang lurus. Barang siapa menghendaki niscaya dia akan menempuhnya. Namun sekali kali engkau tidak akan mampu jika tidak atas kehendak Allah".

Maka, sesungguhnya sangatlah beruntung orang yang mampu berjihad di jalan Nya. Yang telah memperoleh wasilah NYA. Yang berhasil mencapai kemenangan. Yaitu kemenangan dalam memerangi hawa nafsunya. Yang berhasil dalam jihadnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)

PANCASILA - Dasar & Falsafah Negara

AL FATIHAH