BUDAYA BERBANGSA

Bangsa Indonesia memiliki keaneka ragaman suku dan budaya serta kaya dengan segala corak adat istiadat yang mungkin paling beragam dibanding bangsa lainnya. Keaneka ragaman ini memiliki kebanggaan tersendiri disamping kesulitan dalam mengelolanya. Bangga , karena keragaman merupakan cermin kekayaan budaya dan jika kita mampu mengelolanya dengan baik maka itu akan merupakan prestasi dan potensi yang luar biasa.


Harus disadari dan diakui bahwa kita masih memiliki masalah dalam mengelola kehidupan berbangsa. Faham nasionalisme yang harusnya dianut oleh bangsa ini telah larut oleh primordialisme sempit atas nama pelestarian budaya dan tradisi. Tanpa disadari keinginan yang kuat untuk memelihara tradisi masing-masing ternyata telah menggerus semangat nasionalisme yang seharusnya dibangun. Bahkan dalam kancah politik di era modern inipun hal ini masih mengemuka. Karena alasan tradisi maka dalam pencalonan presiden muncul dikotomi Jawa-luar Jawa. Saking kuatnya semangat dikotomi ini sampai-sampai tim suksespun tidak segan-segan merendahkan suku (etnis) lain. Kalau dilevel politik sudah terjadi seperti ini apakah kita akan tetap mengatakan bahwa kita tidak memiliki masalah dalam kehidupan berbangsa.

Kita ketahui bahwa modal utama dalam hidup berbangsa adalah tumbuhnya faham nasionalisme. Faham ini harus ditumbuh kembangkan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah budaya sebagai satu bangsa yang utuh. Tidak ada lagi sekat-sekat sempit antar warga, kelompok dan suku. Terus terang saat ini masih tumbuh subur kegemaran untuk memelihara kelompok-kelompok kecil hanya untuk membentuk satu identitas tertentu untuk alasan tertentu. Kelompok yang didasari oleh daerah asal / suku ini disadari atau tidak semakin menjauhkan kita dari usaha membangun faham nasionalisme. Kegemaran membentuk kelompok kecil ini tidak hanya terjadi dikalangan masyarakat awam , bahkan juga dikalangan akademisi atau kalangan berpendidikan. Argumen yang diajukan untuk ini biasanya adalah kebutuhan untuk bersosialisasi , membina hubungan (silaturahim ) dan juga bisnis atau kepentingan politik. Pembentukan kelompok masyarakat adalah hal yang sangat baik sepanjang itu tidak semata didasarkan oleh sentimen kedaerahan, dan suku. Akan sangat bermanfaat jika kelompok tersebut lebih didasarkan pada ikatan profesi atau kegiatan kemasyarakatan ( kelompok sosial ).

Saat ini kita lihat buah dari kegemaran kita berkelompok berdasarkan suku atau daerah asal tersebut membuat kita seakan tidak merasa memiliki faham nasional. Dalam banyak hal masyarakat kita masih sering menanyakan tentang daerah asal atau suku. Jarang diantara kita yang melihat tiap-tiap individu masyarakat ini sebagai Orang Indonesia. Kita lebih senang menyebut atau disebut Orang Jawa, Orang Sulawesi dsb. Kita sadar bahwa tradisi masyarakat perlu dijaga dan dipelihara. Tetapi pengertian dalam menjaga tradisi tidak boleh diartikan secara sempit sehingga mengorbankan kepentingan hidup berbangsa.

Saya merasa gelisah melihat kelompok-kelompok ini semakin berkembang dan beragam. Yang paling mengkhawatirkan adalah pembentukan kelompok sebagai underbow untuk tujuan politik. Saat ini kita sudah berada pada titik paling kritis dalam kehidupan berbangsa. Terjadinya sekat-sekat dalam masyarakat sebagai dampak pembentukan kelompok-kelompok seperti ini sangat mengancam integrasi bangsa. Bukan tidak mungkin satu saat bom waktu ini meledak tidak terkendali dan jadilah kita sebagai bangsa yang terpecah. Saya bahkan menduga jangan-jangan kecenderungan kita ini disebabkan oleh -maaf- mental inlander yang tanpa kita sadari tertanam dalam di alam bawah sadar yang menuntun kita untuk cenderung memecah diri dan selalu bercuriga dan merasa bahwa negara ini adalah milik penjajah dan karenanya harus direbut dan dikuasai. Ingat kecenderungan kita dalam berlomba merebut posisi mengurus negara bukan dilandasi oleh keikhlasan mengabdi tetapi lebih pada keinginan untuk berkuasa. Mudah-mudahan dugaan saya ini keliru.
Untuk mengatasi problem berbangsa ini maka tidak ada cara selain harus mengikhlaskan diri ini sebagai Orang Indonesia. Mari kita tinggalkan keinginan untuk mempertahankan identitas kedaerahan kita dan lebih menonjolkan identitas kebangsaan kita. Mari kita lepaskan sekat-sekat primordial dan mari kita bangun rasa nasional kita sebagai Orang Indonesia. Untuk saudaraku yang bukan dari etnis Nusantara , jika anda telah berkomitmen menjadi Warga Negara Indonesia, mari tinggalkan keinginan membentuk komunitas eksklusif. Jangan ada rasa bahwa etnis yang dimiliki lebih unggul dari etnis lainnya. Marilah menjadi Orang Indonesia yang Berbangsa Satu , Berbahasa Satu dan Bertanah Air satu : Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)

PANCASILA - Dasar & Falsafah Negara

AL FATIHAH