Lir - ilir , Wahyu Pemimpin

Tembang lawas Lir-ilir yang oleh Wikipedia dikategorikan sebagai tembang dolanan anak-anak bagi saya masih menyimpan makna yang mendalam. Tembang ini diyakini sebagai hasil karya para wali pada masa penyebaran Islam di Jawa. Ada yang mengatakan bahwa ini adalah gubahan Sunan Kalijogo. Ada yang mengatakannya sebagai karya Sunan Bonang. Dan yang lainnya mengatakan karya Sunan Ampel. Bagi saya tidak penting siapa diantara para wali tersebut yang jadi penggubah. Yang lebih penting untuk saya yakini ini adalah tembang spiritual hasil olah rohani para wali.


Tafsir yang umum atas tembang ini adalah mengajarkan makna inti ajaran Islam dengan rukunnya yang lima. Ini menafsirkan kalimat Penekno blimbing kuwi. Namun saya melihat bahwa untaian kalimat yang tersusun dalam bait-bait tembang tersebut memiliki makna yang saling berhubungan. Sehingga sayapun meyakini bahwa tembang ini tidak sekedar hanya menggambarkan penyebaran Islam di Jawa namun lebih dari itu tembang ini mensyiratkan sebuah pesan spiritual. Dari rangkaian bait demi bait jika diikuti tersirat bahwa sang penggubah ingin menyampaikan pesan untuk bangsa ini. Sang Wali ( saya meyakininya Sunan Kalijogo ) dengan karomah yang dimilikinya sebagai ujud kedekatannya dengan Sang Khalik , mencoba memberi pesan kepada anak bangsa ini hal-hal yang perlu dicermati tentang perjalanan kehidupan bernegara. Beliau seakan berpesan bahwa kelak satu saat bangsa ini akan sampai pada harapan yang diinginkan dengan menggambarkan tanda-tandanya. Sekaligus juga beliau menyampaikan syarat yang harus dimiliki oleh sang pemimpin agar dapat mencapai tujuan tersebut. Mari kita simak :

Ilir-ilir   .... Kebanyakan menafsirkannya sebagai sayup-sayup
Tandure wus sumilir .... Tanaman telah mulai bersemi.
Tak ijo royo-royo ........ Masih muda dan ranum ( menghijau )
Tak Sengguh temanten anyar ..... Nampak bagaikan penganten baru.
Cah angon , Cah angon  ....... Panggilan kepada anak muda yang menggembala kambing/kerbau.
Penekno blimbing kuwi  ........ Panjatlah  blimbing itu.
Lunyu-lunyu penekno ..........   Licin - licin , panjatlah.
Kanggo mbasuh dodhot iro .....Untuk membasuh dodhotmu ( semacam cawat / celana dalam ).
Dodhot iro , dodhot iro ........   Dodhotmu
Kumitir bedhah ing pinggir ....... Tergerai sobek pinggirnya./ tepiannya.
Dondomono jlumatono  .......... Jahitlah dan benahilah.
Kanggo sebo mengko sore ...... Untuk bertandang ( berkunjung ) nanti sore.
Mumpung padang rembulane ..... Selagi bulan bersinar terang.
Mumpung jembar kalangane ...... Selagi lapang lingkungannya .
Yo surak'o surak hore ..........     Maka bersoraklah , horee...

Untaian bait-bait tembang ilir-ilir tersebut mengandung makna yang dalam dan saling menjelaskan satu terhadap lainnya. Diawali dengan makna : sayup-sayup. Ini seakan menjelaskan bahwa sang penggubah mendapatkannya sebagai kabar yang sayup-sayup. Kabar sayup-sayup dalam pemahaman rohani dapat dimaknai sebagai wisik atau wahyu. Apakah kabar sayup-sayup itu ? Yaitu tentang tanaman ( keturunan ) yang telah mulai bersemi atau tumbuh. Bisa berarti ini adalah pesan figur pemimpin negeri. Bisa jadi dia masih ada garis keturunan dari wali mengingat para wali juga tidak lepas dari garis keturunan raja-raja di Jawa. Atau juga bisa dia adalah keturunan dari rakyat Indonesia apakah itu Jawa atau bukan. Yang pasti kalimat : Tandure mengandung makna keturunan , binaan atau didikan. Selanjutnya sang figur itu dilukiskan sebagai orang yang masih ijo royo-royo. Pengertian ijo royo-royo bisa dalam arti usia sekaligus juga dalam pengalaman. Dan nampaknya masih seperti pengantin baru. Kata Tak sengguh , dapat mengandung makna bahwa apa yang terjadi tidak sama dengan yang diperkirakan. Tak sengguh temanten anyar , bisa dimaknai dikira pengantin baru karena nampak fisiknya seperti itu namun ternyata tidak.

Pada bait berikutnya disampaikan tentang kriteria sang pemimpin adalah : dia berkarakter bocah angon. Disini dijelaskan tentang karakteristik sang pemimpin harapan itu. Kalau sebelumnya disampaikan ciri-ciri fisik , pada bait ini dijelaskan tentang karakter kejiwaannya. Bocah angon adalah sosok anak muda yang memiliki jiwa kewiraan. Dapat juga disebut dengan Pandu. Ciri karakter bocah angon adalah sosok yang dapat dipercaya dalam memegang amanah. Dalam kisah agama banyak disebutkan kata penggembala untuk menggambarkan kejujuran. Dan memang dalam hidup keseharian , bocah angon adalah orang yang memang memiliki kejujuran tinggi. Bayangkan , dia disuruh oleh majikannya untuk menggembala. Sang majikan tidak tahu kemana hewan ternak itu akan digembala. Namun tetap saja dipercaya karena memang terbukti hewan-hewan itu akan kembali pada sore harinya dalam keadaan utuh. Padahal kalau gembala itu hendak berbuat jahat akan sangat mudah untuk melakukannya. Memegang kepercayaan tinggi tanpa perjanjian apapun dan tetap teguh walaupun kesempatan untuk menyeleweng terbuka lebar. Inilah karakter dasar bocah angon. Kalimat berulang bocah angon - bocah angon atau cah angon - cah angon mengandung makna panggilan. Bait ini seakan menggambarkan bahwa bocah angon ini dipanggil atau diminta. Dia tidak tampil sendiri atas kehendaknya namun diminta. Rakyat yang memintanya. Dia diminta untuk memanjat simbol blimbing. Kalimat : Penekno menegaskan bahwa dia diminta melakukan sesuatu yang hasilnya bukan untuk dirinya. Artinya dia dimintai tolong. Blimbing adalah simbolisasi. Secara spesifik blimbing adalah buah bersegi lima. Dalam tafsir Lir-lir yang umum diartikan sebagai rukun Islam. Namun saya mengartikannya sebagai simbol dasar negara kita yaitu Pancasila. Pada saat jaman para wali memang belum dikenal kata Pancasila. Namun saya menangkap isyarat bahwa sang wali ' melihat ' bahwa negeri ini akan berdiri diatas 5 azas kehidupan. Saya menafsirkan demikian karena bait berikutnya berbunyi : Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodhot iro. Kalimat ini mengisyaratkan bahwa blimbing itu membutuhkan perjuangan berat untuk mendapatkannya. Dan tujuannya adalah untuk membersihkan ( membasuh ) dodhot yang dapat diartikan sebagai penutup kemaluan ( aurat ). Pancasila adalah dasar-dasar atau falsafah hidup bernegara yang jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan dapat membawa bangsa ini menuju kehidupan yang lebih baik. Bukankah sila pertama dalam Pancasila mensyaratkan kehidupan beragama bagi seluruh rakyat. Dan kata Lunyu-lunyu penekno semakin mempertegas bahwa pelaksanaan Pancasila ini akan membutuhkan perjuangan yang berat. Kita tahu bahwa untuk merealisasikan Pancasila dalam kehidupan bernegara dalam kondisi saat ini akan mendapatkan resistensi yang cukup tinggi. Sila pertama Pancasila berbunyi KeTuhanan Yang Maha Esa. Kalimat ini mengandung makna bahwa setiap rakyat Indonesia harus menjalankan hidup berketuhanan. Dan dasar ke Tuhanannya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensi logis dari pelaksanaan sila ini , setiap umat beragama di negeri ini harus melaksanakan syariat agamanya masing-masing. Bukankah ini sangat berat dan pasti akan tinggi resistensinya. Sejarah telah membuktikan hal ini.

Selanjutnya tembang ini menjelaskan bahwa : Dodhot iro kumitir bedhah ing pinggir. Penutup kemaluan itu tergerai sobek disisinya. Kalimat ini mengandung makna bahwa penutup kemaluan itu sudah ada namun tidak dirawat. Dodhot itu bisa dipakai namun tidak layak karena sudah robek disisinya. Kalau toh dipaksakan tentunya tidak elok dan memalukan. Karenanya harus diperbaiki dan dirawat. Kalimat : Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore menunjukkan bahwa penutup aurat itu harus diperbaiki dan dirawat terlebih dahulu sebelum menampilkan diri. Kata Sebo mengko sore dapat diartikan pergi bertandang ketempat yang terpandang. Ini dapat diartikan untuk menampilkan diri dipentas dunia. Agar kita tidak malu lagi karena sudah menjadi rahasia umum bahwa citra Indonesia di dunia internasional memang sangat memperihatinkan. Sudah banyak masyarakat dunia yang mengenal kita sebagai bangsa yang korup. Yang mengklaim dirinya sebagai bangsa agamis karena populasi Islam terbesar didunia memang ada di negeri ini. Namun kita juga dikenal sebagai bangsa yang tidak mengenal etika. Jamak diketahui terutama di Timur tengah dan Asia tenggara bahwa orang Indonesia sulit diatur. Tidak tertib dan cenderung urakan. Oleh karena itu yang pertama harus dan akan dilakukan oleh bocah angon adalah memperbaiki moral bangsa. Dan memang jika kita renungkan , akibat kita telah abai terhadap nilai-nilai Pancasil maka hal ini membawa kita pada kehidupan moral berbangsa yang menyedihkan. Budaya korupsi yang tinggi berakar dari sini.

Mumpung padang rembulane , mumpung jembar kalangane. Kalimat ini masih berhubungan dengan kalimat permintaan sebelumnya. Sang bocah angon yang diminta untuk tampil diberi pandangan bahwa peluang untuk membangun bangsa masih terbuka. Kalimat yang menggambarkan suasana tersebut dapat bermakna bahwa hendaknya bocah angon tidak ragu. Mumpung peluang yang muncul akibat perubahan perekonomian dunia dapat menjadi kesempatan. Dan mumpung selagi wilayah negeri ini masih utuh dari Sabang sampai Merauke.

Sang penggubah tembang ingin menyampaikan pesan bahwa pemimpin yang dipilih haruslah yang berkarakter bocah angon. Pesan ini seakan ingin mengingatkan kita untuk hati-hati dalam menjatuhkan pilihan terhadap calon pemimpin. Seakan pesannya : Janganlah memilih mereka yang meminta dirinya untuk dipilih. Karena bocah angon tidak pernah meminta amanah. Hal ini dipertegas dengan kalimat : Penekno blimbing kuwi. Jika dilihat dari bentuk kalimat ini adalah kalimat perintah atau permintaan. Artinya dia ini diminta bukan meminta. Ini juga mengandung makna bahwa sang pemimpin ini sesungguhnya tidak berkehendak atas jabatan yang ada. Namun dia diminta , diharap bahkan dipaksa. Karena kalimat berikutnya adalah : Lunyu-lunyu penekno. Pada bait kalimat ini seakan menggambarkan bahwa bocah angon ini tidak bersedia karena sadar bahwa amanah yang diberikan sangat berat. Bahkan nyaris mustahil . Impossible. Namun dia tetap diminta walaupun sulit dan berat. Karena sang bocah angon tetap saja merasa keberatan karena takut terhadap amanah , maka pada bait berikutnya dijelaskan tujuan permintaan itu adalah untuk membersihkan dodhot. Dodhot adalah penutup aurat laki-laki. Dan laki-laki yang bermalu paling pantang jika penutup auratnya bermasalah. Dan nampaknya hanya inilah yang dapat memotivasi sang bocah angon untuk menerima amanah. Artinya sang bocah angon mau menerima amanah tersebut karena merasa ikut bertanggung jawab atas kemaluan ( harga diri ) bangsa.

Atau makna dari Blimbing bisa jadi adalah rukun Islam. Artinya sang bocah angon diminta untuk mewujudkan rukun Islam di Nusantara dengan tetap menjunjung tinggi rasa menghormati terhadap umat beragama lain. Sebagaimana yang pernah dicontohkan Rasulullah Muhammad Saw ketika memimpin Madinah. Kalau demikian tafsirnya maka klop jadinya. Karena Pancasila mensyaratkan kehidupan yang ber Tuhan Yang Maha Esa maka bocah angon tinggal menetapkan pelaksanaan syariat Islam bagi para pemeluknya. Demikian pula dengan umat beragama lain. Masing-masing umat melaksanakan syariat agamanya sehingga tidak perlu terjadi umat Islam melaksanakan syariat Nasrani atau sebaliknya. Bukankah dengan pelaksanaan syariat agama dengan benar dapat menghindarkan penzaliman antar umat beragama?. Wallahu 'alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)

PANCASILA - Dasar & Falsafah Negara

AL FATIHAH