100 Hari SBY-Boediono

Media massa hari ini ramai membicarakan isu 100 hari kinerja kabinet SBY-Boediono. Keadaan ini masih ditambah lagi dengan serunya isu unjuk rasa besar-besaran pada tanggal 28 Januari esok. Ditengah masih panasnya kasus bailout bank Century ditambah dengan rumor pergantian pejabat Menteri Keuangan maka lengkaplah hiruk pikuk politik sepanjang awal tahun 2010 ini. Entah kenapa awal tahun 2010 ini terasa lebih panas dibanding awal-awal tahun sebelumnya. Padahal cuaca secara umum cenderung dingin karena hujan dan badai yang bahkan membuat kalangan petani dan nelayan kelimpungan.


Ada banyak pemandangan kontras di negeri ini. Pelaku skandal suap kelas kakap dan terpidana narkoba yang hidup mewah di penjara dan disatu sisi pencuri cacao dan semangka yang dihukum cukup berat namun nrimo atas hukuman yang diberikan. Wakil rakyat yang bergelimang uang dan fasilitas sementara rakyat yang katanya diwakili justru hidup dalam kesulitan dan harus bertarung dengan satpol PP karena lapaknya digusur. Yang satu mencari makan agar tidak kelaparan dengan cara yang halal, sementara yang diparlemen mencari makan agar perutnya kenyang dan pundi uangnya membengkak dengan menghalalkan segala cara. Belum setahun yang lalu bangsa ini sibuk dan hiruk dengan pesta demokrasi 5 tahunan , sekarang mau mempersoalkan hasil pilihannya sendiri yang belum genap 1 tahun padahal kontrak politiknya 5 tahun.

Inilah gambaran kontras yang semakin memperteguh pendapat bahwa kita ini adalah bangsa yang tidak konsisten. Sejak negara ini diproklamirkan sikap ini sudah mengemuka. Gejolak politik diawal kemerdekaan dengan sistem politik multi partai yang sangat dibanggakan sampai kekeliruan atau mungkin kepikunan Bung Karno kala itu yang mencetuskan politik Nasakom walaupun beliau adalah pencetus Pancasila. Dan sekarang setelah lepas dari cengkeraman rezim Soeharto kita kembali mengulang sistem politik diawal kemerdekaan dengan multi partai. Seakan kita sekarang sedang mengulang sejarah.

Sikap inkonsisten ini harus segera diakhiri. Kita akan sulit mengejar ketinggalan dari bangsa lain jika terus terjebak dalam tradisi berbangsa yang seperti ini. Sikap latah yang selalu ribut saat terjadi masalah , dan senang membesar-besarkan yang kecil serta mengecil-kecilkan yang besar haruslah diakhiri. Ribut-ribut kasus bank Century adalah salah satu contohnya. Pada saat awal kasus ini terjadi tidak ada satupun anak bangsa yang mempersoalkan. Bahkan saat seorang pialang di bursa saham digelandang polisi karena membocorkan kebobrokan bank Century (kode saham BCIC) kepada nasabahnya tidak ada seorangpun yang melakukan pembelaan. Dan kemudian terbukti Bank Century kalah kliring dan sahamnya di lantai bursapun hancur lebur. Saat pemilu presiden yang dilaksanakan jauh setelah kasus Bank Century tidak ada satupun yang mempersoalkan pencalonan Boediono sebagai Cawapres. Lho , sekarang kok pada ribut minta Boediono mengundurkan diri. Bukankah pada masa pemerintahan lima tahun yang lalu SBY sudah dikenal sebagai pribadi peragu dan hanya pandai jaim. Lho sekarang kok meminta SBY bersikap tegas?. Sampai kapanpun SBY tidak akan pernah tegas karena memang begitulah karakternya. Salah Siapa ?

Saya tidak menilai apakah SBY berhasil atau gagal , karena memang sejak lima tahun lalu tidak pernah berhasil. Saya hanya ingin menghimbau kepada siapapun yang saat ini tidak setuju dengan cara-cara SBY agar dapat menahan diri. Ketahuilah bahwa kesalahan terletak pada mereka yang memberikan suaranya memilih SBY-Boediono. Ini adalah konsekuensi logis hidup berdemokrasi. Anda boleh menilai, boleh menyuarakan pendapat dan kritik tapi tetap harus elegan. Harus disadari bahwa kontrak politik yang dibuat berlaku untuk 5 tahun kedepan. Sepanjang tidak ada kesalahan yang membahayakan kehidupan berbangsa tidak ada alasan untuk mengganti presiden ditengah jalan. Kalau dalam 100 hari hasilnya belum memuaskan , ini adalah hal yang sangat wajar. 100 hari adalah waktu yang sangat sempit untuk menilai keberhasilan seorang presiden. Saya justru heran, bukankah sebelumnya selama 5 tahun kita sudah memiliki waktu yang cukup panjang untuk menilai SBY. Lho , sekarang wong baru dipilih lagi kok diobok-obok.

Saya tidak mendukung SBY karena sejak tahun 1977 sampai sekarang saya selalu golput. Namun saya merasa sedih melihat perilaku kita yang selalu saja tidak konsisten. Saya berharap semoga unjuk rasa yang akan dilaksanakan besok bukan merupakan kelanjutan petaka dalam kehidupan berbangsa. Semoga ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)

Apakah Itu Menyekutukan Tuhan (Kajian 3)

PANCASILA - Dasar & Falsafah Negara