Problem Sosial Kita : Anak Jalanan

Akhir-akhir ini banyak diberitakan perihal anak jalanan yang menjadi korban tindak kekerasan seksual hingga terjadi pembunuhan. Masalah sosial ini semakin meningkat sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 lalu. Sampai dengan saat ini setelah lebih dari 10 tahun kita masih belum berhasil keluar dari krisis yang mendera. Pemerintah boleh saja memamerkan data pertumbuhan ekonomi namun fakta menunjukkan bahwa anak jalanan dan jumlah orang miskin terus meningkat. Disini saya tidak ingin mempersoalkan apakah pemerintah berhasil meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat karena tidak ada gunanya membahas hal tersebut. Saya hanya ingin mengajak kita semua
untuk merenungkan problem sosial ini karena ini sangat serius.

Dalam Al-Quran Allah berfirman :

" Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan agama ? "
" Yaitu mereka yang menghardik anak yatim "
" Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin "
" Maka celakalah mereka yang shalat "
" (yaitu) mereka yang lalai akan shalatnya "
" (yaitu) mereka yang berbuat riya "
" Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (hartanya) ".

Surah Al-Maa'uun diatas sangat tepat untuk kita jadikan renungan atas problem sosial yang sedang terjadi ditengah-tengah kita. Negeri ini adalah negeri dengan jumlah umat Islam terbesar didunia. Selayaknya problem sosial ini tidak boleh terjadi. Mengapa demikian ? Mari kita tengok jumlah orang-orang kaya yang beragama Islam. Jumlahnya sangat banyak. Mari kita hitung jumlah jemaah haji setiap tahunnya yang tidak kurang dari 250.000 orang. Mari kita kalkulasi jumlah dana zakat, infak dan shodaqoh yang tersimpan dalam kas masjid yang tersebar di negeri ini. Coba hitung banyaknya pesantren yang memasang tarif cukup tinggi untuk biaya pendidikannya. Saya bukan mempersoalkan bisnis pesantren , tetapi hanya ingin mengingatkan peran pesantren dalam meningkatkan pendidikan dan dakwah. Coba kita hitung berapa banyak Ustadz-ustadzah yang berpenghasilan lumayan tinggi. Ini belum lagi jika kita perhitungkan bahwa di negeri ini ada organisasi massa Islam yang sangat besar dan memiliki sumber dana yang kuat. Kantornya megah dan para pengurusnyapun cukup makmur. Dan saya pernah mengunjungi sebuah pesantren di wilayah Bogor yang sempat membuat saya terkesima. Saya - yang lugu - mempunyai bayangan bahwa yang namanya pesantren tentunya kyainya hidup sederhana karena itulah citra seorang kyai dimata saya. Ternyata saya salah. Pesantren tersebut dipimpin oleh kyai yang digarasinya menyimpan lebih dari 3 mobil mewah. Dua diantaranya adalah Jaguar.

Apakah seorang Islam tidak boleh kaya ? tidak boleh pergi haji tiap tahun ? Tentu boleh. Salahkah pesantren mematok biaya tinggi untuk pendidikan yang diselenggarakannya ? tentu tidak. Bolehkah Organisasi massa Islam memiliki kantor megah dengan pengurus yang makmur ? pasti boleh. Dan kelirukah jika seorang kyai punya Jaguar ? tentu tidak keliru. Apa yang saya sampaikan diatas tentang gambaran kemakmuran sebagian orang Islam dinegeri ini bukanlah merupakan hal yang buruk. Justru jika semua orang Islam makmur dan bahagia , itulah yang sebenarnya dikehendaki oleh agama. Namun jika disekitar kita terjadi problem sosial yang mengerikan dan hal tersebut terus terjadi dan cenderung meningkat, tentunya kemakmuran sebagian diantara kita layak untuk - maaf - dipersoalkan. Bukan atas dasar iri hati , namun untuk mengingatkan bahwa ada firman Allah yang sangat tegas seperti yang saya kutip diatas.

Saya bukan ahli agama. Namun saya sedih dan hati ini tergugah untuk mengajak siapa saja merenungkan kembali apa yang sedang terjadi ditengah-tengah kita. Saya tidak ingin menggugat pemerintah karena tidak berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Tapi saya melihat ada ketimpangan diantara kita yang seharusnya tidak boleh terjadi. Jika negeri ini hanya sedikit pemeluk Islamnya mungkin saya hanya bisa menangis sendiri. Tetapi ini lain. Apapun alasannya, dihadapan Allah kita semua bertanggung jawab. Termasuk diri saya. Dinegeri ini banyak ahli agama. Apakah kita semua akan membiarkan keadaan ini terus terjadi. Sementara Allah mengancam bahwa kita pasti celaka karena telah melalaikan shalat. Yang dimaksud melalaikan shalat disini bukan tidak melakukan atau mengerjakan shalat yang lima waktu. Tetapi lalai karena tidak mengamalkan jiwa shalat dalam kehidupan kita.

Saya bahkan sempat terperangah ketika sebagian ulama ada yang mempersoalkan kehadiran orang miskin di negeri ini. Mereka bahkan meminta aparat negara untuk berjaga agar orang miskin desa tidak datang ke kota untuk mengemis disaat lebaran. Bahkan pada suasana Idul fitri yang baru lalu saya membaca running text di TV ada majelis ulama yang mengharamkan mengemis. Saya sedih sekali. Para pengemis ada didunia karena Allah. Dia yang berkehendak mereka jadi pengemis sebagaimana Dia juga berkehendak ada yang jadi milyarder. Dia melapangkan siapa yang Dia kehendaki dan Dia menyempitkan siapa yang Dia kehendaki. Pengemis ada untuk memberi kesempatan kepada kita mendapatkan tiket akhirat. Bukan justru dipandang sebagai masalah dan kemudian dihilangkan. Yang harus diharamkan adalah mengemis jabatan dan fasilitas. Mereka yang mengemis minta dipilih saat pemilu ini yang hukumnya haram. Kelak menjelang kiamat memang Allah akan menutup pintu untuk itu semua dimana tidak akan ada orang yang mau menerima pemberian orang lain. Akankah kita menunggu datangnya hari itu baru kita mencari-cari pengemis ?. Saya bahkan kecewa melihat ada kompleks-kompleks perumahan yang memasang tanda larangan : Pengemis Dilarang Masuk. Dan sialnya banyak muslim yang tinggal disitu.

Pengemis dan anak jalanan setali tiga uang. Anak menjadi anak jalanan juga untuk mengemis. Jangan persoalkan apa yang menyebabkan mereka jadi begitu. Juga jangan ditanyakan mengapa mereka mau begitu. Sejatinya , tidak ada satupun manusia didunia ini yang mau jadi pengemis atau anak jalanan. Saya pernah mengalami hampir kehilangan anak saya karena dibawa pergi pembantu rumah tangga. Saat itu terbersit bayangan anak saya akan menjadi anak jalanan di belantara Jakarta. Doa tidak putus-putusnya saya panjatkan. Alhamdulillah anak saya berhasil ditemukan. Pengalaman ini sangat membekas dan saya yakin tidak ada seorangpun manusia yang mau anaknya menjadi anak jalanan. Kita mungkin berdalih , bahwa yang terjadi orang tuanyalah yang memaksa anak mereka menjadi anak jalanan. Dan anak-anak jalanan itu sudah keenakan menjadi seperti itu terbukti mereka tidak pernah betah dirumah singgah. Disinilah persoalannya. Inilah tantangannya. Tidak ada jalan keluar ? ketemu jalan buntu ? Tentu tidak. Pasti ada jalan keluar jika kita mau bersungguh-sungguh mengulurkan tangan kepada mereka. Tidak usah menunggu dan menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab. Percuma. Mereka tuli , bisu dan buta. Mari kita bersama-sama sebagai sesama Muslim mengamalkan isi surah Al - Maa'uun. Kalau perlu kita gandeng umat beragama lain untuk melakukan hal yang sama. Mengenai konsep dan bagaimana caranya , di negeri ini banyak orang muslim yang pintar. Yang penting mulai sekarang mari kita ingatkan diri kita bahwa masih sangat banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Mereka memerlukan uluran tangan kita atau paling tidak empati. Jika ada satu keluarga muslim mau menolong paling tidak 2 anak jalanan saya yakin jumlah anak jalanan akan menyusut. Dan jangan ada lagi kompleks perumahan yang memasang papan larangan bagi pengemis. Biarkan mereka mendatangi kita karena itu berarti membantu kita membeli tiket akhirat. Jangan curigai mereka akan mencuri karena Allah akan menggandakan dosa kita. Sudah tidak mau bersedekah malah suudzon.

Ya Allah , lindungilah hambamu dari segala kekhilafan. Janganlah Engkau golongkan kami kedalam golongan orang-orang yang celaka. Dan jangan jauhkan kami dari petunjuk dan hidayah Mu. Amien.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puasa Untuk Menjadi Pribadi Yang Bertakwa (Kajian 6)

Apakah Itu Menyekutukan Tuhan (Kajian 3)

PANCASILA - Dasar & Falsafah Negara