Arti Kebahagiaan

Banyak diantara kita yang selalu mencari-cari kebahagiaan tanpa memahami apa arti sebenarnya dari yang kita cari. Kita yang selalu terbelenggu dengan segala teori dan doktrin materi meyakini bahwa hanya dengan memenuhi kebutuhan akan materi , maka kebahagiaan dapat diraih. Sejak berusia dini sudah tertanam dalam keyakinan kita bahwa hidup adalah : belajar , kemudian menjadi pandai dan setelah itu kaya raya. Benarkah demikian ?


Kita sering mengeluh atas sulitnya hidup yang dijalani. Dalam situasi seperti ini kita sering kali menyalahkan keadaan bahkan diri sendiri atas apa yang kita alami. Tanpa disadari kondisi psikologis ini semakin membenamkan kita pada keyakinan bahwa satu-satunya jalan meraih kebahagiaan adalah dengan mencari materi sebanyak-banyaknya. Terdorong oleh keinginan ini maka tidak sedikit diantara kita yang berupaya mendapatkan materi bahkan dengan cara haram sekalipun. Terlepas dari soal haram dan halal materi memang memiliki daya tarik luar biasa. Ada banyak alasan kita untuk mengumpulkannya dan  menumpuknya. Pada awalnya kita mencari materi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seiring dengan banyaknya kesenangan yang diperoleh karena materi maka mulailah rasa cinta terhadap materi tumbuh dalam diri. Dan segala yang terkait dalam proses memperoleh materi inipun juga didewakan. Jabatan atau posisi adalah sesuatu yang sangat diagung-agungkan. Kita tidak segan-segan mempertaruhkan apapun hanya untuk meraih posisi atau jabatan . Inilah kemudian yang mendorong kita secara naluri tidak segan untuk menerabas rambu-rambu moral kehidupan. Walhasil halal - harampun tidak lagi dipersoalkan yang penting tujuan tercapai.

Namun setelah materi diraih , apakah kebahagiaan menghampiri kita ? Bagi banyak orang yang berhasil meraih materi seperti yang diinginkan ternyata kebahagiaan itu tidak kunjung diraih. Yang ada hanyalah kesenangan. Dan kesenangan itu semu karena bersifat temporer. Kesenangan adalah suatu rasa dalam hati yang muncul karena adanya situasi atau kondisi tertentu. Kesenangan sangat tergantung pada situasi yang mempengaruhinya. Jika pengaruh itu hilang maka kesenanganpun ikut sirna. Sementara yang disebut dengan kebahagiaan adalah suatu kondisi kejiwaan yang terpuaskan. Oleh karena merupakan kondisi jiwa maka kebahagiaan bersifat abadi. Oleh sebab itu kita harus mampu membedakan antara kesenangan dengan kebahagiaan. Jika kita telah dapat mengidentifikasi keduanya maka itu akan sangat membantu kita dalam meraih kebahagiaan.

Kebahagiaan adalah hak setiap individu. Tiap-tiap individu memiliki jiwa dan karena kebahagiaan adalah kondisi jiwa maka tiap-tiap diri pasti akan dapat memperolehnya. Oleh karenanya pemahaman akan perbedaan antara kesenangan dan kebahagiaan ini harus dipegang terlebih dahulu. Bedakan antara mencari kesenangan dan kebahagiaan. Jika kita selalu mencari kesenangan maka kebahagiaan ini akan semakin menjauh. Karena sifat keduanya yang sangat berbeda. Kesenangan adalah untuk memuaskan hawa nafsu sementara kebahagiaan adalah pantulan ketenangan jiwa. Dan satu-satunya cara untuk meraih kebahagiaan tidak ada lain kecuali dengan pelatihan jiwa.  Dalam hal ini agama memegang peranan yang sangat penting. Karena tidak ada satu ilmupun dalam kehidupan ini yang mengajarkan tentang jiwa kecuali agama. Ritual-ritual agama semuanya ditujukan untuk menenangkan sang jiwa. Karena hanya ketenangan jiwalah yang mampu menerima datangnya kebahagiaan.

Dalam kehidupan ini banyak kita lihat kehidupan mereka yang mendewakan materi harus berakhir dengan tragis. Sudah banyak berita yang kita baca dan dengar perihal ini. Lantas akankah perilaku mengejar materi untuk memperoleh kesenangan dipertahankan ? Di negeri ini perilaku mengejar kesenangan sudah luar biasa. Para pejabat sudah tidak segan-segan melakukan apa saja sekedar untuk menumpuk materi. Demikian dengan masyarakat pada umumnya. Kepedulian sosial menjadi sesuatu yang sangat langka. Begitu gemarnya kita akan kesenangan materi ini , sampai-sampai kita tega mengorbankan orang lain. Masih segar dalam ingatan saya akan sebuah berita menarik setelah terjadinya tsunami di Aceh pada penghujung 2004 lalu. Media massa asing mengabarkan tentang kepedulian seorang Michael Schumacher pembalap formula 1 yang membatalkan pesta tahun barunya hanya untuk bersimpati terhadap korban tsunami. Kemudian sang juara dunia menyumbangkan uang nya 10 juta USD ke lembaga amal untuk disumbangkan kepada para korban. Sementara di negeri ini pada saat hampir bersamaan seorang mantan pembalap dengan prestasi lokal justru membunuh karyawannya sendiri dalam pesta tahun baru yang diselenggarakan di hotel miliknya. Sangat kontradiktif. Ini hanya satu contoh perilaku buruk diantara kita karena terlalu mendewakan kesenangan. Masih banyak contoh dan akan sangat panjang jika harus diungkapkan.

Dibawah ini ada link sebuah berita menarik yang dapat kita jadikan sebagai bahan renungan. Apakah benar bahwa materi akan menghantarkan kita pada kebahagiaan ? Akankah semua hasil jerih payah dan kerja keras dalam meraih materi mendatangkan kepuasan bagi jiwa kita ? Perlu kita renungkan makna hidup di dunia ini karena Tuhan telah memberikan tiap-tiap diri ini satu jiwa untuk dipuaskan. Sebagaimana firmanNya dalam kitab suci :
  • " Wahai Jiwa yang tenang  "
  • " Kembalilah kau kepadaKu dengan penuh kepuasan "
  • " Masuklah kedalam barisanKu dan masuklah kedalam surgaku ". 



 Baca Berita Millioner Yang Menjual Hartanya Untuk Sosial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Imlek & Xin Wen

Kontemplasi Ramadhan

PANCASILA - Dasar & Falsafah Negara